Jumat, 14 Februari 2020 | 14:10 WIB | Humas EBTKE | Dibaca : 679

“Saya sangat mengapresiasi perkembangan yang telah dicapai oleh PT. SMGP dalam 4 (empat) tahun terakhir terutama keberhasilan dalam menghubungkan Unit 1 sampai dengan 45 MW kepada jaringan PT. PLN. Saya berharap agar Unit 2 PLTP Sorik Marapi dapat terkoneksi sesuai dengan jadwal dan tentu nya meningkatkan bauran energi di Indonesia” ungkap Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Ida Nuryatin Finahari saat melakukan verifikasi lapangan terhadap progress pembangunan dan pencapaian COD PLTP Sorik Marapi Unit I (1x42,3 MW) dan Progres pengembangan Unit II (1x45 MW) di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara kemarin (13/2).
Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Ditjen EBTKE terhadap semua pembangkit tenaga listrik panas bumi yang akan terhubungkan pada tahun 2020. Kunjungan lapangan akan dilanjutkan pada proyek-proyek PLTP yang direncanakan COD tahun 2020, yaitu proyek PLTP Rantau Dedap Unit 1 (90 MW), Sumatera Barat dan PLTP Sokoria Unit 1 & 2 (2 x 5 MW), Nusa Tenggara Timur.

PT SMGP yang mayoritas sahamnya (95%) dimiliki oleh KS Orka Renewables Pte Ltd, perusahaan pengembang dan operator panas bumi yang berbasis di Singapura, memulai proyek ini pada pertengahan tahun 2016. Dalam tiga setengah tahun terakhir telah menyelesaikan pengeboran sejumlah 23 sumur pada 6 tapak pengeboran dan menghubungkan Unit 1 sampai dengan 45 MW pada akhir 2019, menjadikan PLTP Sorik Marapi sebagai proyek panas bumi tercepat berdasarkan durasi sejak pengeboran sumur pertama (15 Oktober 2016) hingga operasi (COD 1 Oktober 2020) untuk unit I. Target pengembangan selanjutnya yaitu Unit 2 45 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun 2020, Unit 3 50 MW akhir tahun 2021, Unit 4 50 MW akhir tahun 2022 dan Unit 5 50 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun 2023.
“Saya juga mendorong PT. PGE, PLN, dan pengembang lainnya untuk dapat mempercepat pengembangan proyek PLTP masing-masing agar dapat COD sesuai dengan target yang telah dicanangkan”, pungkas Ida. Sampai dengan akhir tahun 2019, Indonesia telah menghasilkan 2,133 MW tenaga listrik dari sumber daya panas bumi, menduduki peringkat kedua di dunia di bawah Amerika Serikat. Angka ini masih akan bertambah seiring dengan perkembangan dari industri panas bumi di Indonesia, mengingat potensi panas bumi di Indonesia yang masih belum dikembangkan sepenuhnya. Pengembangan energi baru dan terbarukan merupakan program yang menjadi prioritas bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bauran energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan energi yang tidak berkelanjutan. (DLP)